Ulasan Film: 365 Days
Ulasan Film: 365 Days – Tidak banyak yang dapat saya peroleh dari film 365 Days kecuali kesan-kesan film yang diambil dari novel erotis bertopik sama ini bukanlah film drama romantis erotis sama seperti yang dipikirkan, tetapi film semi porno dengan kover cerita gangster Italia. Dari sisi narasi, tidak ada yang istimewa. Serta, jika saya bisa memperbandingkan dengan 50 Shades of Grey yang mempunyai sisi nuansa sama juga dengan 365 Days, film yang diperankan Dakota Johnson serta Jamie Dornan itu masih semakin membahagiakan.
After taste yang saya alami dari 365 Days ialah film ini cuma jual kemolekan badan dari Anna-Maria Sieklucka serta Michele Morrone komplet dengan perform menarik mereka saat beradegan sex, keelokan Sisilia yang menganakemaskan mata, dan kemewahan yang membuat kantong kering bergoncang hebat. 365 Days atau dalam bahasa Polandia bertopik 365 Dni menceritakan perjalanan cinta Laura (Sieklucka), seorang pelaku bisnis asal Polandia, dengan Massimo (Morrone) yang disebut pewaris yang selanjutnya jadi pimpinan salah satunya mafia besar di Sisilia, Italia. Semua berawal saat Massimo lihat Laura dalam satu peluang lima tahun sebelum kedua-duanya betul-betul berjumpa. Saat itu, Massimo takjub dengan kecantikan Laura. Tetapi Massimo serta ayahnya jadi korban dari kompetisi mafia serta Laura juga cuma jadi bayang-bayang dalam mimpi Massimo.
Disamping itu, Laura hidup dalam jalinan yang menjemukan. Martin (Mateusz Lasowski) dengan jalinan intim yang condong dingin, walau pria itu beralasan untuk kesehatan Laura yang mempunyai jantung loyo. Sampai satu kali, Laura serta Martin bersama-sama rekan-rekan mereka pergi liburan ke Sisilia. Di pulau resort eksklusif Italia itu, Laura berjumpa dengan Morrone. Atau bisa lebih persisnya, Morrone yang kasar serta brutal menculik Laura serta mengusapp wanita itu di salah satunya kastil yang dia punyai.
Faktanya, Morrone ingin membuat Laura jatuh hati padanya. Jika dalam 365 hari Laura tidak segera jatuh hati pada mafia itu, wanita Polandia itu akan dibebaskan. Ya, film ini kental akan topik sindrom Stokholm. Sindrom Stokholm adalah arti yang memvisualisasikan reaksi psikologis berbentuk simpatik atau kasih sayang yang ada dari korban penculikan pada aktor penculikan. Arti dari kriminolog serta psikiater Nils Bejerot pada 1973 itu sekarang semakin bertumbuh, tidak cuma dalam kerangka penculikan saja, dan juga kekerasan dalam rumah tangga termasuk juga kekerasan dalam pacaran.
Terdapat beberapa film yang bertopik atau menyisipkan cerita sindrom Stokholm didalamnya, dari mulai Beauty and the Beast sampai Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2. Tetapi cerita sindrom Stokholm dalam 365 Days pada Streaming movie indoxxi betul-betul di luar nalar serta membuat mengernyit. Semua nyinyiran saya atas film ini telah diawali pada awal film. Dengan plot adegan ala-ala film gangster atau telenovela, 365 Days tidak berhasil menghubungkan dengan mulus kejadian itu dengan cerita cinta atau nalar narasi cinta Massimo. Disamping itu, kualitas akting dari Sieklucka serta Morrone termasuk tidak spesial saat jalani adegan pembicaraan normal.
Mereka baru tampil alamiah serta bagus saat beradegan panas, dibantu pemungutan camera yang membuat saya percaya kemauan sutradara Barbara Białowąs serta Tomasz Mandes ialah jadikan film ini semakin ‘panas’ dari sebatas film erotis. Sangkaan saya juga terus dapat dibuktikan bersamaan menit berjalan. Serta, untuk satu sisi adegan intim saja, dapat memerlukan waktu bermenit-menit dengan tempat yang berpindah-pindah perubahan tempat. Oh, komplet dengan pemungutan gambar gunakan drone!